Berjuang Menyingkap Kegelapan (Sosok Luh Ketut Suryani)

Selasa, 28 Oktober 2014 |


Berjuang Menyingkap Kegelapan


“Heaven!” Begitu komentar banyak orang tentang bali. Sisi gelap lenyap dipermukaan panorama surgawi. Tak terlalu jauh dari ingar-bingar kawasan wisata, penderita gangguan jiwa berat dikucilkan di ruang-ruang sempit dan meruakkan anyir.



LUH KETUT SURYANI

Lahir : Singaraja, Bali, 22 Agustus 1944
Suami : Prof Dr Tjokorda Alit Kamar Adnyana,SpFK
Anak : 6 dan 16 cucu
Pencapaian : Pernah memegang berbagai jabatan, menjadi anggota organisasai dokter dah ahli jiwa dalam dan luar negeri. Ia mendapatkan 10 penghargaan,termasuk untuk membebaskan dan mengobati pasien gangguan jiwa yang di pasung.
Karya Buku : Lebih dari 20 buku dan puluhan tulisan dalam antologi dan jurnal internasilan tentang keterkaitan spiritualsitas,kebudaayan,agama,kesehatan mental pola asuh,dan perubahan sosial. Ia memberi bimbingan meditasi dan relaktsasi gratis untuk masyarakat




Telah begitu lama mereka dengan gangguan jiwa berat di biarkan tanpa penanganan tutur Prof Dr Luh Ketut Suryani SpKJ
Suryani menolak anggapan tentang ketidakpedulian keluarga pasien “Uang mereka sudah habis setelah berulang kali ke balian dan kerumah sakit jiwa,”jelasnya.
            Berdasarkan survey Suryani Institue for Mental Health (SIMH) tahun 2008 di Kabupaten Karangsem, Kabupaten Buleleng,dan Kecamatan Denpasar Timur,diperkirakan 7.000 orang di Bali mengalami gangguan jiwa berat,300-an dipasung,Jumlah itu menjadi 9.000 pada tahun 2010,atau 2,3 per 1.000 penduduk.

Disangkal
            Namun,kenyataan muram itu banyak disangkali,bahkan ketika foto-fotonya dipapar dalam Pameran Foto Internasional “Terpasung di Pulau Surga: Air Mata Lensa,Membaca Mereka yang Terpasung”,beberapa waktu lalu di Denpasar.
            Kasus bunuh diri terbanyak disebabkan gangguan jiwa berat.Penelitian Suryani da ntim memperlihatkan beban ekonomi menjadi penyebab utama. “Seperti digerakkan suatu kekuatan besar,orang berlomba menjual tanah untuk upacara yang megah. Dulu,ada kesaradan,para leluhur dan dewa menerima hanya yang datang dengan hati.”

Perjunagan Keras
            Upayanya mendapatkan perhatian pemerintah setelah hasil survey di sampaikan tak membuahkan hasil. “Mereka sebatas terkejut,” kenang Suryani. “Pemerintah mendiskriminasi gangguan jiwa. Program lebih terpusat pada penyakit fisik”.
            Dengan bantuan dana Rp 1 Miliar dari Gubernur Bali Mangku Pastika,tahun 2009 Suryani dan tim mebantu 326 orang,dengan lama sakit yang berulang antara lima sampai 40 tahun..

Kontroversial
            Suryani dikenal sebagai kontroversional. Ia berani melawan apapun karena dipijakan kuat yang didasari penelitian panjang. Metodenya yang dulu dicibir kini terjelaskan secara ilmiah,khususnya tentang biopsikospirit-sosio budaya dan hypnosis,yang sempat membuat dia ditunduh sebagai hokum. Ia menolak peraturan menangani pasien harga di ruang praktik.
            Suryani ini mengambil spesialisasi kedokteran jiwa karena ingin mempelajari diri sendiri menuturkan,pengalaman melakukan memori reframing ingin ia tularkan kepada orang lain.

Kesimpulan
            Oleh karena itu,anak harus tumbuh dalam kasih saying,punya rasa aman dihargai dan memporleh cerita sebelum tidur. “Kurikulum pendidikan harus diubah supaya anak bisa berpikir merdeka.

Miftah Faridl Romadani (1801418175)

Sumber,Kompas 23-Oktober-2014 (Oleh Maria Hartiningsih & Cokorda Yudistira)
 

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Anda butuh postingan ini?Postingan ini bisa diPrint

Indonesian Blogger

Banner iskaruji dot com

Entri Populer