“Heaven!”
Begitu komentar banyak orang tentang bali. Sisi gelap lenyap dipermukaan
panorama surgawi. Tak terlalu jauh dari ingar-bingar kawasan wisata, penderita
gangguan jiwa berat dikucilkan di ruang-ruang sempit dan meruakkan anyir.
LUH KETUT SURYANI
Lahir :
Singaraja, Bali, 22 Agustus 1944
Suami : Prof
Dr Tjokorda Alit Kamar Adnyana,SpFK
Anak : 6 dan
16 cucu
Pencapaian :
Pernah memegang berbagai jabatan, menjadi anggota organisasai dokter dah ahli
jiwa dalam dan luar negeri. Ia mendapatkan 10 penghargaan,termasuk untuk
membebaskan dan mengobati pasien gangguan jiwa yang di pasung.
Karya Buku :
Lebih dari 20 buku dan puluhan tulisan dalam antologi dan jurnal internasilan
tentang keterkaitan spiritualsitas,kebudaayan,agama,kesehatan mental pola
asuh,dan perubahan sosial. Ia memberi bimbingan meditasi dan relaktsasi gratis
untuk masyarakat
Suryani
menolak anggapan tentang ketidakpedulian keluarga pasien “Uang mereka sudah
habis setelah berulang kali ke balian dan kerumah sakit jiwa,”jelasnya.
Berdasarkan survey Suryani Institue
for Mental Health (SIMH) tahun 2008 di Kabupaten Karangsem, Kabupaten
Buleleng,dan Kecamatan Denpasar Timur,diperkirakan 7.000 orang di Bali
mengalami gangguan jiwa berat,300-an dipasung,Jumlah itu menjadi 9.000 pada
tahun 2010,atau 2,3 per 1.000 penduduk.
Disangkal
Namun,kenyataan muram itu banyak
disangkali,bahkan ketika foto-fotonya dipapar dalam Pameran Foto Internasional “Terpasung
di Pulau Surga: Air Mata Lensa,Membaca Mereka yang Terpasung”,beberapa waktu
lalu di Denpasar.
Kasus bunuh diri terbanyak
disebabkan gangguan jiwa berat.Penelitian Suryani da ntim memperlihatkan beban
ekonomi menjadi penyebab utama. “Seperti digerakkan suatu kekuatan besar,orang
berlomba menjual tanah untuk upacara yang megah. Dulu,ada kesaradan,para
leluhur dan dewa menerima hanya yang datang dengan hati.”
Perjunagan Keras
Upayanya mendapatkan perhatian
pemerintah setelah hasil survey di sampaikan tak membuahkan hasil. “Mereka
sebatas terkejut,” kenang Suryani. “Pemerintah mendiskriminasi gangguan jiwa.
Program lebih terpusat pada penyakit fisik”.
Dengan bantuan dana Rp 1 Miliar dari
Gubernur Bali Mangku Pastika,tahun 2009 Suryani dan tim mebantu 326
orang,dengan lama sakit yang berulang antara lima sampai 40 tahun..
Kontroversial
Suryani dikenal sebagai
kontroversional. Ia berani melawan apapun karena dipijakan kuat yang didasari
penelitian panjang. Metodenya yang dulu dicibir kini terjelaskan secara
ilmiah,khususnya tentang biopsikospirit-sosio budaya dan hypnosis,yang sempat
membuat dia ditunduh sebagai hokum. Ia menolak peraturan menangani pasien harga
di ruang praktik.
Suryani ini mengambil spesialisasi
kedokteran jiwa karena ingin mempelajari diri sendiri menuturkan,pengalaman
melakukan memori reframing ingin ia
tularkan kepada orang lain.
Kesimpulan
Oleh karena itu,anak harus tumbuh
dalam kasih saying,punya rasa aman dihargai dan memporleh cerita sebelum tidur.
“Kurikulum pendidikan harus diubah supaya anak bisa berpikir merdeka.
Miftah Faridl Romadani (1801418175)
Sumber,Kompas 23-Oktober-2014 (Oleh Maria Hartiningsih & Cokorda
Yudistira)
0 komentar:
Posting Komentar