Banyak sekali penderita asma yang tidak bisa mengontrol penyakit tersebut dengan baik. Kondisi ini bisa menempatkannya pada risiko serangan yang mengancam jiwa. Ikuti cara-cara berikut untuk cegah serangan asma.
Orang-orang dengan asma tentunya memiliki pemicu munculnya gejala yang dapat berbeda pada masing-masing orang. Pemicu munculnya gejala bisa karena alergi, polusi, virus, dingin, olahraga.
Faktor pemicu ini bisa membuat terjadinya peradangan di paru-paru yang memburuk dan menyebabkan saluran udara untuk menghasilkan lendir membengkak dan berpotensi menyempit.
Untuk mencegah sesak napas, batuk dan serangan asma, maka perlu menghindari pemicu dan mengurangi peradangan kronis. Berikut adalah 13 cara untuk mencegah serangan asma seperti dikutip dari Ivillage, Kamis (26/1/2012) antara lain:
1. Gunakan inhaler
Inhalasi kortikosteroid adalah cara yang paling efektif untuk mengontrol gejala dan mencegah serangan. Tetapi banyak orang yang menggunakannya hanya ketika gejala timbul.
Peneliti dari Henry Ford Hospital menemukan bahwa, hampir 25 persen serangan asma dapat dicegah pada pasien dengan asma berat jika mereka mengambil obat mereka pada waktu yang ditentukan setiap hari atau setidaknya 75 persen dari waktu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, orang dengan asma ringan hingga sedang mungkin tidak perlu menggunakan inhaler setiap hari.
"Jika telah bebas serangan asma selama beberapa bulan, maka berkonsultasilah dengan dokter mengenai pengurangan dosis atau frekensi obat secara perlahan-lahan. Tetapi jika terjadi tanda pertama dari ketidaknyamanan, seperti pengetatan dada, peningkatan batuk atau sesak napas ringan, maka sebaiknya langsung kembali periksa ke dokter," kata David Rosenstreich, MD, kepala divisi alergi dan imunologi di Montefiore Medical Center, Bronx, NY.
2. Proaktif mencegah gejala dengan obat
Jika mengetahui bahwa rentan terhadap serangan asma selama waktu tertentu, seperti ketika musim demam atau dingin. Maka mulailah mengonsumsi obat 3 atau 4 minggu sebelum musim dimulai daripada menunggu sampai merasakan gejala pertama. Lebih mudah untuk mencegah serangan daripada mengobatinya.
3. Tes alergi
Hasil penelitian baru menemukan bahwa, alergi memicu lebih dari 50 persen kasus asma. Tetapi banyak orang tidak menyadari bahwa mereka memiliki alergi, terutama terhadap alergen dalam ruangan atau makanan.
Satu hasil studi menemukan bahwa, hampir 16 persen orang yang pergi ke UGD karena serangan asma memiliki peningkatan kadar antibodi IgE.
Peningkatan kadar antibodi IgE mengindikasikan kemungkinan alergi makanan. Berkonsultasilah dengan dokter mengenai tes darah alergi atau melakukan tes alergi kulit.
National Heart, Lung and Blood Institute (NHLBI) sangat menganjurkan bahwa, orang dengan asma alergi sebaiknya di bawah kontrol untuk mengurangi serangan asma.
4. Menghilangkan alergen di kamar tidur
Semakin dapat menghindari paparan semua alergen, seperti debu, bulu, dan iritasi dalam ruangan lainnya. Maka semakin besar kemungkinan untuk mengurangi frekuensi dan keparahan serangan dan kebutuhan obat asma.
Mulailah dari kamar tidur. Singkirkan bantal dan selimut dari bulu, serta buku-buku lama, surat kabar dan merapikan kamar.
Jangan menggunakan humidifier, dan pastikan tidak ada jamur yang tumbuh di kamar tidur. Dibutuhkan waktu lama untuk mengurangi peradangan pada saluran udara, sehingga mungkin tidak melihat peningkatan yang signifikan selama berbulan-bulan.
5. Di dalam rumah dapat tersembunyi pemicu alergi
Rumah mungkin memiliki beberapa pemicu asma tersembunyi, seperti asap dan bau dari perapian, lilin, dupa dan bahkan pengharum ruangan.
"Dari semua penderita asma, iritasi pernapasan seperti asap, terutama asap rokok, dapat berkontribusi untuk peradangan saluran napas," kata John McBride, MD, seorang dokter anak di Akron Children’s Hospital di Ohio.
6. Mendapatkan suntikan alergi
Setelah suntikan alergi biasa, yang dikenal sebagai immunotherapy dapat membangun toleransi dan mengurangi reaksi terhadap alergen. Sebuah meta analisis oleh Cochrane Collaboration menemukan bahwa, imunoterapi secara signifikan mengurangi gejala asma dan menggunakan obat asma.
7. Perhatikan berat badan
Hasil studi menunjukkan hubungan antara obesitas dan serangan asma lebih sering dan parah dan penggunaan obat yang lebih besar. Risiko asma meningkat bersama dengan indeks massa tubuh.
8. Dapatkan lebih banyak vitamin D
Kekurangan vitamin D berhubungan dengan fungsi paru-paru yang lebih buruk, alergi lebih buruk, dan penggunaan obat asma yang lebih banyak. Selain itu, studi yang dipublikasikan dalam Journal of Allergy and Clinical Immunology menemukan bahwa, vitamin D meningkatkan efektivitas inhaler kortikosteroid.
Tidak diketahui apakah vitamin tersebut memiliki dampak langsung pada terapi kortikosteroid atau dengan mengurangi gejala, akan membuat lebih mudah untuk mengobati asma. Data menunjukkan bahwa tiga perempat dari semua orang dewasa mungkin kekurangan vitamin D.
9. Menghinadari Acetaminophen
Mengonsumsi obat penghilang nyeri yang mengandung acetaminophen dapat meningkatkan risiko mengalami serangan asma. Hasil studi menemukan bahwa, penggunaan acetaminophen mingguan dikaitkan dengan hampir tiga kali lipat peningkatan risiko asma.
"Ada juga hubungan antara kenaikan penggunaan asetaminofen dari waktu ke waktu dan peningkatan tingkat asma. Acetaminophen tampaknya menyebabkan penurunan molekul yang disebut glutathione yang membantu mengurangi peradangan," kata Dr. McBride.
10. Lebih memperhatikan olahraga
Jika tidak mengontrol asma, maka berada pada risiko mengalami serangan saat berolahraga. Pernapasan yang cepat, dan mungkin udara dingin, dapat menyebabkan kejang pada saluran napas.
Gunakan inhaler sebelum berolahraga. Latihan dengan intensitas rendah seperti pelatihan kekuatan dan yoga mungkin lebih mudah pada paru-paru daripada lari jarak jauh atau sepak bola.
Hal yang sama berlaku untuk olahraga jangka pendek dengan intensitas tinggi. Hindari olahraga ketika sedang demam, dan berolahraga di ruangan latihan selama musim dingin.
11. Mendapatkan vaksin flu
Virus flu dapat tersebar di saluran udara dan memicu serangan asma. Untuk mengurangi risiko terkena sakit, mendapatkan vaksinasi flu tahunan dan cucilah tangan denagn rutin.
12. Melakukan yoga secara rutin
Beberapa studi telah menemukan bahwa, yoga membantu penderita asma dengan meningkatkan fungsi paru-paru dan saluran napas dan mengurangi hyperresponsivity jumlah serangan. Hal ini juga dapat mengurangi kebutuhan obat dan mengurangi latihan yang mmepengaruhi konstriksi bronkus.
13. Rencana tertulis perawatan
Setiap orang dengan asma harus memiliki asma rencana tertulis pengelolaan diri. Tetapi hasil studi menunjukkan bahwa, hanya 34 persen penderita asma yang memiliki rencana tertulis pengelolaan diri.
Rencana termasuk untuk menghindari pemicu, bagaimana mengambil obat dengan benar, kesadaran terhadap gejala dan apa yang harus dilakukan ketika gejala memburuk.
0 komentar:
Posting Komentar