Jakarta? Siapa Takut! (Mendapat Pelajaran Paling Penting Dari sang Ayah (Part 1) )

Jumat, 27 Februari 2015 |

Hasil gambar untuk Jakarta

Selamat malam semuanya,kembali lagi dengan saya Miftah Faridl Romadani. Ya,sebelumnya admin minta maaf karena jarang banget ngpost dan sekali ngepost itu malah berita-berita seputar kisah seseorang (sosok) ya yang dikarenakan admin sekarang sudah kuliah dan kebetulan ada tugas yang berhubungan dengan blog,jadi mau tidak mau admin harus ngepost di blog admin (males buat blog lagi sebenarnya) :P oke di post kali ini admin mau cerita panjang lebar tapi akan jadi cerita yang berlanjut,jadi gak akan admin selesaikan cerita ini sampe selesai. Emang cerita apaan? Penasaran? Yuklah kita tengok ini ceritanya (Jakartra? Siapa Takut! {Part 1} )

 Di awal kisah,yang bermula saat bulan agustus (Awal pra-kuliah) Saya kuliah di Jakarta di kampus yang sudah tidak asing lagi namanya di Indonesia,bahkan di negara luar (Binus University) saya jurusan Psikologi. [Admin! Lu kok malah cerita langsung kesitu?] yah maaf admin juga manusia,ok kita lanjut lagi,jadi pada bulan agustus itu saya ke Jakarta untuk yang kedua kalinya,karena sebelumnya saya ke Jakarta untuk tes masuk Binus.

 Dan saat bulan Agustus itu untuk yang kedua kalinya. Kita balik dulu ke awal saya ke Jakarta setelah itu kita lanjut ke bulan Agustus ya? Oke jadi begini awal ke Jakarta (Norak? Just because I'm Artist,I try to not like that) Naik pesawat dari Balikpapan menuju Jakarta, sampai Jakarta akhinya berkenalan dengan yang namanya MACET. Tapi yang namanya macet itu berhasil di taklukan oleh supir taxi yang menjemput saya dan ayah saya,oh iya btw saya ke Jakarta first time itu bareng sama ayah saya (Of course Impossible if go to jakarta for first time with myslef)

 Lanjut ke supir taxi,jadi disitu supir taxinya sudah pro,sangking pro nya bawa tuh taxi,jadi gak bisa bedain aturan jalan (Di sepanjang jalan jelas-jelas tertulis "DILARANG MENYALIP JALUR KIRI) ya saya duduk dibelakang dan ayah saya duduk di depan, karena ayah saya sering ke Jakarta, jadi yang namanya naik taxi kalau supirnya kaya gitu sudah biasa, sementara saya? Duduk dibelakang yang niatnya menikmati perjalanan dan melihat sekeliling dari Bandara-Hotel (Daerah Jakarta Barat) malah tidak bisa menikmati sama sekali,sepanjang jalan saya terus berdzikir dan berdoa semoga kami semua selamat sampai tujuan. Haha,ya begitulah sampai akhirnya kami sampai di Tol (saya lupa namanya) dan setelah itu kami memasuki daerah Jakarta Barat (Grogol,Kebon Jerok,dll) aduh kepala saya pusing pokoknya, belum lagi supir taxi yang entah itu sebenarnya pura-pura tidak tahu jalan atau memang tidak tahu, Dibawa muter-muter hampir 7 atau 8 kali yang sebenarnya hotel saya tidak jauh dari tempat kita teputar-putar.

 Setelah terputar-putar entah berapa keliling,akhirnya saya dan ayah saya sampai juga di Hotel, di hotel itupun saya langsung istirahat karena perjalanan yang sangat melelahkan. Esok harinya saya di ajak jalan oleh ayah saya menuju ke mall yang sampai sekarang saya tidak tau namanya, dari hotel menuju ke mall bingung mau naik apa karena gak ada transportasi pribadi, jadi mau tidak mau ayah saya memutuskan untuk naik kendaraan umum, jujur saya tidak pede naik yang begituan, [Naik apaan sih?] saya sih berharap semoga naik taxi ke mall nya, tapi semua itu berbanding terbalik, ayah saya ingin saya menikmati dan tau daerah Jakarta dengan menggunakan Bajaj. Ya kendaraan yang saat itu hanya saya bisa rasakan lewat TV akhirnya bisa saya rasakan beneran, disitu saya merasa sedih+gengsi.

 Disitu saya berusaha membujuk ayah saya supaya mau merubah keputusannya yaitu menuju ke "mall" dengan naik Bajaj. Tapi semua itu sia-sia, saya kalah, jadi mau tidak mau saya harus naik Bajaj, karena gengsi jadi saya ingin duduk di dekat jendela yang tertutup, dan saya benar-benar bete+kesal. Sampai akhirnya di tempat tujuan kami yaitu "mall" yang sampai sekarang saya belum tau namanya. Sesampainya di mall itu, bukannya saya bergembira atau paling tidak senyum, saya malah semakin kesal dan cemberut. [Kenapa?] KARENA MALL NYA MASIH TUTUP! Ayah saya hanya bisa tertawa melihat saya yang seperti itu, karena disitu masih jam 8an. Sementara mall buka jam 10. Dan saya sangat kesal

 Setelah menunggu hampir 2 jam, akhirnya mall itupun buka. Mood saya kembali bahagia secara perlahan, tapi apa yang terjadi pada saat di dalam? MOOD SAYA KEMBALI JADI JELEK BAHKAN MAKIN JELEK! [Kenapa lagi sih?] Di dalem bukannya beli sesuatu yang membuat mood saya balik, malah ayah saya ke lantai paling atas membawa saya ke tempat perlengkapan+peralatan untuk kendaraan mobil. DISITU SAYA MAKIN KESAL, apa boleh buat saya tetap diam sambil cemberut, setelah beberapa jam keliling dan membeli apa yang di dapat oleh ayah saya, akhirnya kita menuju ke tempat makan. DISITU SAYA MAKIN SEDIH LAGI! [Kenapa lagi sih? Sedih mulu admin nya ini] Jelas saya makin bad mood, karena ayah saya membawa saya makan ke tempat yang sebelumnya saya tidak pernah datangi (Warteg) saya orang yang tidak suka dengan tempat yang tidak bersih dan lain sebagainya. Ayah saya hanya bisa tersenyum dan tertawa melihat tingkah saya.

 Setelah makan di Warteg akhirnya kami kembali ke hotel dan beristirahat sambil menenangkan hati dan pikiran saya, ayah saya pergi mencari makan dan saya menolak untuk ikut. Saya hanya bilang (tolong beliin kaka just alpukat) setelah ayah saya pergi, saya sendirian di kamar hotel. Hampir setengah jam ayah saya tidak balik, dan saya mulai berfikir yang tidak-tidak karena saya takut sekali terjadi apa-apa terhadap orang yang saya sayangi yaitu ayah. Setelah menunggu lama, akhirnya ayah saya kembali dengan badan yang penuh keringat. Disitu saya berfikir, apa yang ayah saya lakukan sampai segitunya? Padahal hanya pergi membeli just alpukat. Ayah saya tidak hanya membawa jus Alpukat, melainkan ayah saya juga membawa ayam goreng untuk sekalian makan malam.

 Saat saya Istirahat Sholat Makan, ayah saya mulai menceritakan kenapa selama seharian penuh hanya tersenyum dan membuat mood saya jelek bahkan sampai jengkel terhadap beliau, ayah saya ingin anak pertamanya menjadi pria dewasa yang pemberani dan mandiri dan bisa hidup di kota yang keras seperti ini, tidak peduli dengan apa kita bisa sampai ketempat tujuan itu asalkan tidak merugikan orang lain. Disitu saya langsung pecah, hati saya seperti tertusuk oleh pisau yang tajam, setelah itu ayah saya melanjutkan cerita lagi dan memberitahu mengapa ayah saya mandi keringat hanya karena membelikan jus alpukat dan ayam goreng.

 Ayah saya ke tempat yang menjual jus yang dimana saat itu kebetulan jus alpukat nya habis, jadi ayah saya melanjutkan ketempat selanjutnya hanya untuk mencari jus alpukat dan ayam goreng yang tempatnya jauh dari hotel dimana tempat kami istirahat untuk beberapa hari saat di Jakarta. Apa alasan ayah saya melakukan itu? Ayah saya menjawab, karena kebetulan tidak ada yang jualan jus alpukat di sekitar sini jadi ayah jalan kaki untuk mencari apa yang kaka inginkan, disitu saya semakin tertusuk, lalu ayah saya bilang seperti ini kepada saya (Ayah itu,gak masalah selama anak ayah senang, ayah mau melakukan apa saja) Disitu saya pecah terbelah, perlahan mengeluarkan air mata sambil memeluk ayah saya dan mencium kedua pipinya, sambil membilang terimakasih karena sudah mau sampai sejauh itu demi kaka. To Be Continue........

 Dari kisah saya sendiri di atas, saya banyak belajar dari apa yang sudah dilakukan oleh ayah saya untuk bekal sampai sekarang (Mulai dari naik Bajaj, makan di Warteg, dan rela membelikan apa yang saya inginkan agar mood saya kembali bahagia) Disitu saya banyak belajar, Kalau hidup di kota orang, di kota seperti ini, janganlah berharap lebih dan berfikir seperti saat dimana saya berasal yang mau apa-apa semua ada. Warteg? Alasan ayah saya memilih untuk makan di tempat seperti itu karena ayah saya ingin anaknya bisa belajar hidup bersyukur dan menikmati hidup sederhana, tidak selamanya yang diatas itu akan kokoh berdiri, akan ada saatnya yang di atas bakal jatuh. Maksud dari ayah saya mengajak makan di warteg agar saya terbiasa untuk bisa makan di tempat seperti itu yang akhirnya sampai sekarang (Warteg menjadi tempat idaman) Karena kalau ingin hidup di Jakarta dengan kondisi hidup sendiri tanpa keluarga itu tidaklah mudah jika terus memenuhi kebutuhan hidup (makan) di tempat yang punya nama atau merek, jadi itulah maksud dari ayah saya mengajak makan di Warteg. Dan yang terakhir yaitu rela berkoban demi membuat mood saya kembali bahagia, ayah saya mengajari saya kalau demi orang yang kita cintai dan sayangi, tidak usah difikirkan apa yang akan kita hadapi, asal kita yakin dan punya niat baik Insya Allah kita bisa menjalaninya dengan lancar, tidak peduli sejauh apa jaraknya, tantangan seperti apa yang akan datang, dan pengeluaran yang akan kita keluarkan untuk membahagiakan orang yang kita cintai dan sayangi.


Hasil gambar untuk I love you dad Untuk pertama kalinya datang ke Jakarta yang saya fikir akan mejadi sesuatu yang menyenangkan ternyata lebih menyenangkan dari apa yang saya kira. Dan saya belajar banyak hal dari pengalaman saat bersama Ayah saya. Sampai akhirnya hari itu tiba, saaat dimana saya harus pindah dan tinggal snediri di Apartemen, dan ayah saya keesokan harinya harus kembali ke Kalimantan. (Sampai sekarang,yang Ayah ajarkan untuk kaka semua sangat berguna dan tidak merugikan orang lain) Terimakasih buat Ayah.

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Anda butuh postingan ini?Postingan ini bisa diPrint

Indonesian Blogger

Banner iskaruji dot com

Entri Populer