Kompas,
28 November 2014
Selamat pagi pengunjung blog mfr95 :D Bagaimana kabarnya semua? Baik? Alhamdulillah,btw selamat liburan yaa! Happy Holiday buat teman-teman mfr95 semua ;) allright guys,kali ini admin mau memberikan sedikit cerita dari seorang pemuda yang biasa saja dan hidup dari keluarga yang sangat biasa. Dimana ke istimewaannya? Seorang bocah ini hanya penggembala Kerbau. Terus kenapa? Seorang bocah Penggembala Kerbau yang menjadi Pesepak Bola Dunia! Hah?! Penasaran? Berikut bacaanya
Selamat pagi pengunjung blog mfr95 :D Bagaimana kabarnya semua? Baik? Alhamdulillah,btw selamat liburan yaa! Happy Holiday buat teman-teman mfr95 semua ;) allright guys,kali ini admin mau memberikan sedikit cerita dari seorang pemuda yang biasa saja dan hidup dari keluarga yang sangat biasa. Dimana ke istimewaannya? Seorang bocah ini hanya penggembala Kerbau. Terus kenapa? Seorang bocah Penggembala Kerbau yang menjadi Pesepak Bola Dunia! Hah?! Penasaran? Berikut bacaanya
Bocah Pengggembala Kerbau
Jadi Pesepak Bola Dunia
Nama
Yadi Mulyadi dielu-elukan karena ia berhasil mendapatkan tropi pemain terbaik
nasional U-12. Badannya yang tergolong tinggi dibanding teman-emannya
membuatnya lebih bisa mengolah bola. Walaupun sering mendapat kesempatan
sebagai pencetak gol terbanyak, dia
tak pernah sombong. Keluguan anak desa sangat terasa ketika berbincang dengannya. Bahkan ia
terlihat malu-malu ketika diwawancara oleh media.
Namanya
sudah mendunia saat ini. Sejumlah pihak dari media TV asing mengincarnya untuk wawancara.
Bahkan, ada media TV dari Perancis sengaja datang ke Indonesia hanya untuk
mewawancarainya bulan depan. Yadi Mulyadi
seorang siswa SMPN 6 Purwakarta, Jawa Barat yang memiliki keseharian sangat
sederhana, sangat jauh dari kemewahan maupun hura-hura. Kehidupannya saat ini
merupakan anugerah yang sangat besar baginya. Dulu, selain sekolah, ia juga bekerja
menggembalakan kerbau.
"Dulu suka bantu Pak Aki (kakeknya)," ujar Yadi di Purwakarta.
Yadi tinggal berdua bersama kakeknya tinggal di sebuah rumah panggung dari kayu. Ukurannya sangat kecil, nyaris tak bersekat. Letaknya agak mengerikan karena berada di kemiringan yang relatif terjal di pelosok Plered, Purwakarta. Di bagian bawah rumah terdapat sawah, tempat sang kakek bekerja. Sang kakek bekerja sebagai seorang petani. Sejak kecil, Yadi sering membantu kakeknya. Menggembalakan kerbau sudah dilakukannya sejak masih bersekolah di SDN Linggarsari I Purwakarta. Ia pasti membantu kakeknya dengan menggembala kerbau sepulang sekolah.
Cita-cita terbesarnya adalah membahagiakan sang kakek. Segala upaya dan kerja kerasnya menjadi juara di setiap pertandingan adalah untuk kakeknya. "Ingin jadi pemain terbaik, timnya juara, biar Pak Aki senang, biar bisa ngasih uang sama Pak Aki," tuturnya.
Pelatih Yadi, M Ramdan, menyatakan, Yadi sejak bayi diurus oleh kakeknya. Ibunya yang bekerja sebagai TKI membuat mereka terpisah. Yadi pun punya ikatan emosional dan menjadi lebih dekat dengan kakeknya. "Yadi lebih memilih tinggal dengan kakeknya daripada ibunya," kata Ramdan.
"Dulu suka bantu Pak Aki (kakeknya)," ujar Yadi di Purwakarta.
Yadi tinggal berdua bersama kakeknya tinggal di sebuah rumah panggung dari kayu. Ukurannya sangat kecil, nyaris tak bersekat. Letaknya agak mengerikan karena berada di kemiringan yang relatif terjal di pelosok Plered, Purwakarta. Di bagian bawah rumah terdapat sawah, tempat sang kakek bekerja. Sang kakek bekerja sebagai seorang petani. Sejak kecil, Yadi sering membantu kakeknya. Menggembalakan kerbau sudah dilakukannya sejak masih bersekolah di SDN Linggarsari I Purwakarta. Ia pasti membantu kakeknya dengan menggembala kerbau sepulang sekolah.
Cita-cita terbesarnya adalah membahagiakan sang kakek. Segala upaya dan kerja kerasnya menjadi juara di setiap pertandingan adalah untuk kakeknya. "Ingin jadi pemain terbaik, timnya juara, biar Pak Aki senang, biar bisa ngasih uang sama Pak Aki," tuturnya.
Pelatih Yadi, M Ramdan, menyatakan, Yadi sejak bayi diurus oleh kakeknya. Ibunya yang bekerja sebagai TKI membuat mereka terpisah. Yadi pun punya ikatan emosional dan menjadi lebih dekat dengan kakeknya. "Yadi lebih memilih tinggal dengan kakeknya daripada ibunya," kata Ramdan.
Pertemuan Yadi dengan tim Asad 313 Purwakarta berawal dari pertandingan SD se-Purwakarta. Saat itu, perhatian Alwi sang manajer, dan Ramdan selaku pelatih, terpikat oleh penampilan Yadi. Setelah permainan usai, mereka berdua langsung mengajak Yadi bergabung ke SSB Asad.
"Kami melihat potensi yang besar dari diri Yadi. Ia memiliki kemampuan yang luar biasa, dan kami menemukannya pada waktu yang tepat karena ekonomi yang menghimpit keluarganya membuat ia saat itu hampir menjadi anak jalanan," ucap Ramdan.
Yadi adalah anak yang tekun berlatih. Ia kerap menambahkan sendii jadwal latihan yang telah ditetapkan, terutama saat akan bertanding di Brasil. "Suka nambah latihan dengan sasapedahan (naik sepeda) biar napasnya lebih kuat, jadi tandingnya bisa lama. Kan lawannya besar-besar," ucapnya.
Bahkan, ia tak segan-segan untuk meminta latihan ekstra kepada pelatih. Mulai dari latihan menendang ke arah gawang atau latihan fisik lainnya. Keseriusannya di bidang ini membuatnya bisa bermain di berbagai posisi. Sebagai penyerang, tendangannya ke mulut gawang sangat akurat. Ia pun sangat pandai membuyarkan perhatian lawan sehingga mampu membuka ruang untuk pergerakan teman-temannya. Bahkan, ketika lini pertahanan dalam bahaya, Yadi bisa turun dan membantu lini belakang ini.
Kemampuannya ini pula yang membuat Yadi diminati klub sepak bola Eropa. Belum lama ini, perwakilan klub tersebut berbincang dengan Alwi, Manajer Asad. "Pembicaraan itu, intinya, mereka tertarik dengan tiga pemain Asad, salah satunya Yadi. Info selanjutnya, kami akan beri tahu. Yang pasti, kalau Eropa menginginkan Yadi, kami pasti akan mendukungnya karena pembinaan di sana lebih baik dibanding di sini," ungkap Ramdan.
Penulis
|
: Kontributor Bandung, Reni Susanti
|
Editor
|
: Glori K. Wadrianto
|
0 komentar:
Posting Komentar