Ada
kisah menarik dari relawan Hilal Ahmar Society Indonesia (HASI) yang
baru saja berkunjung ke Suriah dan melakukan presentasi di gedung Dewan
Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), Selasa (11/12/2012). Abu Yahya,
koordinator relawan HASI menceritakan kisah seorang mantan tentara
Bashar Assad yang taubat lalu bergabung dengan mujahidin.
Kepada
mantan tentara itu, para mujahidin sempat bertanya kenapa para tentara
Assad yang berjumlah 1500 personel di Jabal Akhrod tidak berani
melakukan serangan kepada mujahidin Suriah yang hanya berjumlah 150
personel, padahal baik secara kekuatan (jumlah) dan persenjataan,
mujahidin jauh kalah dari tentara Assad.
Mendengar pertanyaan itu, mantan tentara Bashar Assad ini justru heran dan balik bertanya. “Siapa bilang jumlah kalian sedikit? Kami setiap malam melihat kalian dengan pakaian putih-putih bergerak dari satu lembah ke lembah lain sehingga kami pikir-pikir dulu untuk menyerang,” kenangnya.
Mendengar pertanyaan itu, mantan tentara Bashar Assad ini justru heran dan balik bertanya. “Siapa bilang jumlah kalian sedikit? Kami setiap malam melihat kalian dengan pakaian putih-putih bergerak dari satu lembah ke lembah lain sehingga kami pikir-pikir dulu untuk menyerang,” kenangnya.
Ternyata
kisah di atas bukan terjadi satu kali. Cerita lainnya muncul saat
mujahidin hendak melakukan perang dengan konvoi 50 truk yang berisi
tentara Bashar Assad. Hingga pada satu titik terjadilah baku tembak
antara mujahidin dengan tentara Assad. Karena mujahidin memang sudah
merencanakan aksi serangan untuk menghabisi dan memukul mundur tentara
Bashar Assad.
Namun
saat perang berlangsung, tiba-tiba saja muncul kejadian di luar
perkiraan mereka. Helikopter dan pesawat tempur datang seperti hendak
memerangi mujahidin. Tentu mujahidin berkesimpulan bahwa ini bantuan
dari pihak Bashar Assad untuk menewaskan mereka. Ingat, hingga kini
mujahidin Suriah sama sekali tidak memiliki alat tempur seperti pesawat.
Mereka bertempur hanya via jalur darat dengan persenjataan yang kalah
canggih jika dibandingkan milik rezim Assad.
Mengukur
jumlah personel dan persenjataan yang terbatas, komando mujahidin
menyerukan untuk segera mengosongkan tempat pertempuran dan masuk ke
gunung-gunung untuk mengatur strategi. Anehnya, ketika mujahidin sudah
menarik diri, suara baku tembak masih saja terus terjadi. Berondongan
dan desingan peluru seperti enggan berhenti walaupun tidak ada satu
mujahidin pun tersisa di lokasi pertempuran. Komando mujahidin sampai
bertanya-tanya dalam hati, siapakah sebenarnya yang sedang berperang
melawan tentara Bashar Assad. Ia pun mengecek jumlah personel untuk
mengantisipasi ada mujahidin tertinggal dan melakukan perlawanan kepada
tentara Assad. Namun hasil perhitungannya, seluruh mujahidin sudah masuk
ke dalam gunung.
Hingga
datang matahari terbit dan mereka yakin kondisi telah aman, barisan
mujahidin turun ke gunung-gunung dan betapa terkejutnya mereka melihat
sebagian tentara Assad telah tewas dengan luka menganga. Sebagian
lainnya mengalami luka berat layaknya menghadapi pertempuran hebat.
Tentu kejadian ini menjadi seribu tanya bagi Abu Yahya, relawan HASI
yang menghabiskan waktu selama satu bulan di Desa Salma, daerah Jabal
Akhrod, Suriah dan mendapatkan kisah ini langsung dari mujahidin.
“Lantas
siapa yang berada di dalam pesawat dan helikopter untuk melawan tentara
Suriah?” tutup Abu Yahya dengan segudang tanya di depan para awak media
yang juga diliputi keheranan.
Subhanallah,
inilah ayaturrahman yang muncul dalam Jihad di bumi Syam. Fakta yang
menjadi bukti bahwa mujahidin tidak sendiri. Mereka bersama Allah untuk
berperang menegakkan Islam di Suriah dan melawan kezhaliman Rezim Syiah
Nushairiyyah kepada umat Islam. Semoga ini menjadi kabar baik bagi
kemenangan mujahidin dan tegaknya Islam di Suriah. Tentu jika kita
mendengar penuturan dari mujahidin, kita akan sangat faham siapakah
balatentara yang tiba-tiba datang membantu para mujahidi melawan tentara
Assad.
SUMBER
http://ramadhaniricky.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar